Muara Enim, InteraksiMassa.COM – Keberlanjutan Proyek Strategis Nasional (PSN) gasifikasi batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan, kini menghadapi tantangan besar setelah mundurnya pengembang asal Amerika, Air Product.
Meski proyek hilirisasi batu bara ini telah dilakukan groundbreaking oleh Presiden Joko Widodo pada awal tahun 2022 dan ditargetkan selesai tahun ini, hingga kini belum ada investor pengganti yang terlihat.
Staf Khusus Bidang Percepatan Pembangunan Wilayah, Pembangunan Infrastruktur dan Investasi, Kementerian Perekonomian RI, Wahyu Utomo, mengungkapkan bahwa dari total 15 PSN di Sumatra Selatan, hampir seluruhnya berjalan sesuai rencana.
Namun, proyek gasifikasi batu bara di Muara Enim terhambat karena mundurnya Air Product. “Kita harus mencari penggantinya dari rencana pembangunan yang ada di Muara Enim,” katanya usai rapat koordinasi pembahasan PSN di Provinsi Sumsel, Jumat (5/7/2024).
BACA JUGA: Truk Batu Bara Biang Kemacetan Panjang 50 Kilometer di Jalur Baturaja-Muara Enim Dievakuasi
Wahyu menambahkan, beberapa permasalahan yang menjadi kendala realisasi PSN di Sumsel telah dibahas dengan pemerintah daerah, dan diharapkan pihak terkait segera melaksanakan pekerjaan sesuai tugasnya masing-masing.
“Hasil rapat [PSN] ini akan kita laporkan kepada Menko, karena beliau dalam waktu dekat akan melakukan rapat evaluasi PSN di seluruh provinsi Indonesia, salah satunya di Sumsel,” jelasnya.
Dari 15 PSN di Sumsel, tiga telah selesai dan beroperasi, empat operasi sebagian, empat dalam tahap konstruksi, dua transaksi, dan dua dalam tahap penyiapan.
Penjabat Gubernur Sumsel, Elen Setiadi, menjelaskan bahwa PSN di Muara Enim awalnya bertujuan untuk menggasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) melalui kerja sama dengan Air Product.
BACA JUGA: Pencuri Ponsel di Tanjung Batu Ditangkap Tim Rimau Batu dalam Waktu 24 Jam!
Namun, Air Product membutuhkan kepastian dari offtaker atau pihak yang akan membeli hasilnya.
“Offtaker itu Pertamina. Pada saat itu hitungannya secara model bisnis, nilai keekonomiannya belum masuk. Persoalannya adalah harga batu bara dua tahun lalu sampai saat ini tinggi sekali. Kalau itu dijadikan gasifikasi dengan jual harga gas yang sama saat ini, itu siapa yang menanggung,” ujar Elen.
Jika Pertamina menjadi offtaker, maka harus membayar sesuai dengan ongkos produksi ditambah dengan marginnya.
Hal ini masih dalam kajian pemerintah.
BACA JUGA: Alfamart Tanjung Barangan Dibobol Maling, 155 Bungkus Rokok Raib!
“Pemerintah masih melakukan kajian dan itu belum selesai tiba-tiba Air Productnya keluar [mundur],” sambungnya.
Saat ini, pemerintah masih berusaha mencari investor baru untuk melanjutkan proyek hilirisasi tersebut.
“Sedang dicarikan investor baru, produsen dari China. Tapi belum clear, artinya masih proses penjajakan. Jadi kita tunggu,” pungkasnya. (*/red)